Ramadhan Shared Template 2015
“Minal Aidin Wal Faizin Mohon Maaf Lahir dan Bhatin”
WISATA ALAM KALIBIRU – KULON PROGO
Wisata Alam Hutan Kemasyarakatan Kalibiru berada di Perbukitan Menoreh Kulonprogo Yogyakarta, pada ketinggian 450 m dpl. Lokasi kawasan wisata ini berada di kurang lebih 40 km di sebelah barat Kota Yogyakarta, atau hanya berjarak 10 km dari Kota Wates, Ibukota Kabupaten Kulonprogo.
Wisata Alam ini dibangun atas inisiatif masyarakat di sekitar hutan Negara yang berkeinginan agar hutan tersebut tetap tumbuh hijau, sejuk, dan lestari. Pengembangan wisata alam ini tidak lepas dari proses panjang upaya masyarakat di sekitar hutan dalam memulihkan keadaan hutan yang dulunya tandus dan gersang.
Pembangunan wisata alam Kalibiru dilakukan sebagai salah satu bentuk pemanfaatan jasa lingkungan atas dasar Izin Pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan selama 35 tahun – (terhitung sejak 14 Pebruari 2008) – yang telah dipercayakan oleh Pemerintah kepada masyarakat di sekitar hutan Negara tersebut.
Keunggulan kawasan wisata ini adalah terbangunnya harmonisasi antara kondisi hutan Negara dengan hamparan berbukit yang menghijau dengan pemandangan alamnya yang sangat indah dan mempesona, yang terpadu dengan suasana masyarakat Desa yang ramah, santun, yang masih kental dengan rasa kekeluargaan dan kegotongroyongan, dan memiliki beraneka macam seni budaya tradisional, sehingga mampu menimbulkan rasa tenang dan nyaman siapa saja yang berkunjung di kawasan wisata alam ini.
Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan di Wisata Alam Hutan Kemasyarakatan Kalibiru antara lain:
Outbound Training , Wisata Pedesaan, Wisata Budaya, Wisata Pendidikan, Wisata Keluarga, Wisata Trekking
& Wisata Terapi Alam.
Fasilitas: – Cottage / Rumah penginapan – Joglo pertemuan – Flyingfox – Gardu pandang – listrik, air, sound, dll – ada catering Siap untuk outbound, makrab, dll.
Kalo maen ke Desa Wisata ini disarankan kendaraan yang waras/mumpuni, walaupun jalan sudah diaspal tapi tanjakan disana sangat extreme.
sumber : [[Sumber: addicted1976 @ Kaskus.us]]
MAPS : [[https://www.google.com/maps/@-7.8237178,110.1355836,2843m/data=!3m1!1e3?hl=id-ID]]
Menuju ke Desa Wisata Kalibiru, Anda harus memiliki nyali yang besar. Betapa tidak, trek naik akan dirasakan saat Anda keatas menuju Kalibiru dari Waduk Sremo. Desa wisata ini terletak di Hargowilis KokapKulonprogo pada ketinggian 450 Mdpl dikawasan perbukitan Menoreh. Jadi bisa dipastikan kendaraan yang Anda bawa harus dalam keadaan prima.
Cerita punya cerita, dahulu Desa Wisata Kalibiru ini dibuka pada era tahun 2008 oleh masyarakat setempat secara swadaya. Diawali dengan membangun jalan setapak kemudian pembangunan berbagai fasilitas lain seperti cottage, jogjo pertemuan, sarana MCK, gardu pandang, dan fasilitas flying fox.
Kegiatan menarik yang bisa Anda dapat adalah treking. jalur yang bisa ditempuh sangat beragam, mulai dari 1,5 km, 3 km, 5 km, dan 7 km. Khusus untuk trek 7 km, Anda bisa melihat Waduk Sremo dari jarak dekat. Saat treking melalui jalan setapak, sewaktu-waktu Anda bisa melihat bermacam hewan langka seperti Elang Jawa, ayam Alas, Landak, Celeng, bahkan Harimau Jawa serta Harimau Kumbang.
sumber [[https://gudeg.net/id/directory/15/1885/Desa-Wisata-Kalibiru-Yogyakarta.html#.VMcVW0esWSo]]
Dalam dunia kuliner, Jogja bisa dikatakan sebagai gudangnya kuliner ala pedesaan. Selain rasanya yang khas masakan desa, cara memasaknya masih sangat tradisional dan juga tempatnya yang kebanyakan jauh dari pusat kota. Misalnya saja Mangut Lele Mbah Marto Nggeneng, bagi para pecinta kuliner, rasanya nama itu sudah tidak asing lagi di telinga. Lokasinya berada di Dusun Nengahan, Ngiring-Ngiring, Panggungharjo, Sewon, Bantul. Dilihat dari tingkatan daerah yang berposisi sebagai Dusun, bisa dipastikan bahwa lokasinya berada jauh dari pusat kota dan masuk ke dalam pedesaan.
Untuk aksesnya sendiri tidak terlalu sulit, dari pusat Kota Jogjakarta ambil saja arah ke selatan menuju Jalan Parangtritis KM 6,5. Atau sampai melewati kampus ISI dan bertemu dengan Kantor Pos Sewon, tepat di depan kantor pos belok ke kanan masuk ke dalam hingga bertemu dengan pertigaan pertama belok ke kanan. Sekitar 300 meter dari belokan tersebut ada sebuah gang kecil masuk ke kiri (sebelum rumah pertama yang menghadap ke jalan, kiri jalan). Biasanya kendaraan roda empat sudah mulai diparkir dari pertigaan setelah belok di depan kantor pos. Kebanyakan kendaraan roda empat yang parkir berplat nomer luar kota, apalagi pada saat musim liburan.
Letak rumahnya nomor tiga dari timur (deretan rumah yang belakang), kalau dilihat sekilas tidak tampak seperti sebuah warung makan. Kalau takut salah alamat, bisa tanya pada siapa pun yang ada di daerah situ. Dan meskipun diperhatikan dengan benar, tetap saja ini sebuah rumah yang ada di pedesaan pada umunya. Waktu sampai kita langsung masuk ke dalampawon (sebutan dapur tradisional dalam bahasa Jawa). Dindingnya terbuat dari tumpukan batu bata merah tanpa dilapisi semen, memperlihatkan tumpukan batu batanya dengan jelas, meskipun sebagian besar warnanya sudah berubah menjadi hitam akibat kepulan asap yang berasal dari tungku setiap hari. Panci-panci besar berisi lauk pauk berjejer di atas dipanbambu. Ada gudeg, opor ayam, sayur daun pepaya, garang asam, krecek, mangut lele dan tahu, tempe, telur dan ampela yang dimasak menjadi satu.
Di sini kita tidak akan bertemu dengan pelayan atau pegawai yang akan melayani kita, seperti yang biasa kita jumpai pada warung atau rumah makan pada umumnya. Semua dilakukan sendiri, kita bebas mengambil nasi dan sayur sepuasnya. Sedangkan untuk menikmati makanannya, bisa di dalam rumah, teras samping, teras depan atau di dalampawon, tinggal dipilih saja. Kalau pun ingin menambah lauk, kita juga bisa mengambilnya sendiri. Untuk minumannya ada teh hangat atau teh panas, bisa mengambil sendiri atau minta diantarkan.
Waktu itu Saya mengambil mangut lele, krecek dan sayur daun pepaya dengan sedikit kuahkrecek. Rasanya mangut lelenya memang berbeda dengan yang biasa dijumpai di warung atau rumah makan pada umumnya. Daging lelenya keset, pedas dan khas masakan tungku. Pasalnya, lele terlebih dahulu ditusuk dengan pelepah daun kelapa kemudian di panggang di atas tungku dengan menggunakan kayu bakar sampai matang baru kemudian dimasak bersama bumbunya. Cara memasaknya yang menggunakan kayu bakar inilah yang memberikan aroma dan rasa “asap” yang khas pada lelenya. Meskipun menggunakan kuah santan, tapi kuahnya cair berwarna merah terang, menandakan bahwa cabai yang digunakan tidak sedikit. Kreceknya sendiri cukup lembut dan tidak sepedas mangut lelenya, untuk sayur daun pepayanya juga enak dan tidak pahit.
Setelah selesai menikmati makanannya, baru kemudian kita lapor ke pada Mbah Marto atau anaknya untuk menyelesaikan pembayaran. Untuk menu yang saya pilih kali ini cukup diganti dengan kocek sebesar 12ribu rupiah saja, all u can eat untuk nasi dan sayurnya. Kita bisa menikmati makanan di rumah Mbah Marto mulai dari jam 11 siang sampai jam 4 sore setiap hari.
Sumber foto : koleksi http://www.wisatakuliner.com
In this life we cannot always do great things. But we can do small things with great love
~Mother Teresa~
This gallery contains 3 photos.
Sir Lancelot Machanical Mod #vape #vaping #vapelife #vapefun #vapecommunity